Soal ujian terlalu sulit!!

Sangat sering terjadi, bahkan telah menjadi wajar jika saat ujian tengah semester atau ujian akhir semester, ada satu-dua soal yang tidak mampu kita kerjakan. Entah karena kita lupa, tidak bisa konsentrasi, atau karena memang tidak tahu. Kebanyakan kita bisa memaklumi dan menerima kondisi ini dengan lapang dada. Namun, kondisinya berbeda jika
soal yang tidak mampu kita kerjakan itu adalah soal yang materinya memang belum pernah dibahas di kelas. Seketika kita jengkel pada dosen yang membuat soal, dan tak jarang yang protes...... “gimana bisa ngerjain, ngerti soalnya aja gak, dosennya keterlaluan nih bikin soal!!”.

Kejadian yang sama pernah saya alami saat kuliah dulu, termasuk kalimat protes tersebut pernah saya ucapkan. He..., maklum, saat itu, saya belum memahami maksud dosen menyisipkan soal super sulit itu di ujian. Tapi skrg, setelah memahaminya, saya berubah bahkan berniat melakukan hal yang sama jika ditakdirkan menjadi dosen...


Alasannya..??

1. Soal yang sulit adalah inspirasi dan jalan sukses bagi para ilmuwan. Hampir semua teori dan penemuan berawal dari pertayaan.

Sebagai contoh..., saat ini, dengan mudah kita dapat menjawab bahwa bumi berbentuk bulat karena telah banyak teori dan bukti yang menjelaskannya. Tapi bagaimana dengan orang jaman dulu, saat teori dan bukti belum mereka miliki. Jika mereka ditanya bagaimana bentuk bumi, mereka harus berpikir ekstra untuk menemukan jawabannya. Mereka menginduksi berbagai fenomena empiris seperti tiang kapal laut yang selalu terlihat lebih dulu, sinar matahari pagi berawal dari puncak yang lebih tinggi, atau batas pandangan manusia yang berbentuk lingkaran. Hasilnya adalah kesimpulan brilian yang telah menjadikan Khawarizmi, al-Idrisi, atau Copernicus menjadi seorang ilmuwan.

Seharusnya setiap mahasiswa bisa melakukan hal sama saat ujian jika menghadapi soal yang belum pernah dipelajari. Hanya saja, banyak mahasiswa telah salah memahami makna ujian. Bagi mereka ujian dan belajar adalah dua hal yang berbeda. Ujian hanya dianggap sebagai pertanggungjawaban hasil belajar sehingga terkesan bahwa ujian adalah saat untuk “mengeluarkan” ilmu bukan lagi saat untuk “menerima” ilmu.

Anggapan ini tentu salah, karena hakikatnya ujian masih bagian dari proses belajar, mahasiswa masih dapat memperoleh ilmu dan dosen masih dapat memberi ilmu. Soal yang sulit itu – yang materinya belum pernah dibahas di kelas – adalah media yang bisa digunakan. Jika kita mau memaksakan diri berpikir mengkaitkan potongan-potongan materi yang telah diperoleh di kelas atau dibaca di buku, maka potongan-potongan materi tersebut akan menjadi satu kesatuan yang saling terkait menghasilkan kesimpulan yang baru. Kesimpulan baru inilah yang menjadi dasar untuk menjawab soal “sulit” tersebut.

2. Jika soal yang diberikan, semuanya pernah dipelajari di kelas, maka mungkin saja semua mahasiswa dapat nilai 100. Padahal, tingkat kecerdasan mereka belum tentu sama!! Ada yang dapat nilai 100 itu dengan usaha ekstra hingga mencapai batas limit kecerdasan otakknya, tapi ada juga yang hanya mengeluarkan secuil kecerdasan otaknya. Nilai ujian mereka memang sama, tapi apakah kecerdasan mereka juga harus kita nilai sama??, tentu tidak!! Nah, kalo semua nilainya sama (karena jawabannya sama), maka kita tidak akan mampu “mendeteksi” mahasiswa yang sedikit lebih cerdas di antara mereka.

Karena itulah, kita membutuhkan soal yang sedikit lebih sulit untuk mendeteksi mahasiswa yang sedikit lebih cerdas, yakni mereka yang mampu berpikir mandiri tanpa harus menjadikan kuliah sebagai referensi dari semua jawaban yang ia berikan.

3. Banyak mahasiswa yang otaknya cerdas tapi sifatnya pemalu, pendiam, takut, dan gak pede. Sebaliknya ada juga mahasiswa tong kosong nyaring bunyinya, terkesan cerdas padahal hanya sok-sok'an. Kalo kita hanya mengandalkan keaktifan mahasiswa di kelas, maka mahasiswa yang cerdas tapi pendiam ini mungkin akan “hilang”. Karenanya, mereka harus mendapatkan hakknya saat ujian.

4. Punya mahasiswa yang bernilai bagus dan cum laude memang penting, bahkan akan terasa sangat membanggakan. Tapi yang jauh lebih membanggakan jika memiliki mahasiswa yang selalu mau dan bisa berpikir untuk menganalisa sesuatu. Dia tidak berhenti belajar meski nilainya dapat A, karena dia sadar bahwa saat ujian dulu ada satu-dua soal yang belum sempurna ia jawab, bahkan dia tidak mampu menjawabnya!!

1 komentar:

kalau semua berpikir seperti itu, sepertinya edukasi di Indonesia akan berjalan lebih baik